Google info dan internet online

19 Mei 2012

Umat manusia yang takut telah memohon perlindungan kepada Adam, seterusnya Nuh, Ibrahim, Musa dan ‘Isa pada hari Qiyamat, mengharapkan syafa‘at mereka dan mereka pula berdukacita postheadericon

Diposting oleh cerdas alquran | Pada 18.47

Al-Bukhari  dan Muslim  telah menceritakan menerusi  sumber-sumber  yang berakhir dengan Abu Hurairah  sebuah  hadith  yang panjang, antara lain mengandungi perkara berikut:

“ Allah mengumpulkan manusia yang terdahulu (al-awwalin) dan yang terkemudian (al-akhirin) pada hari Qiyamat di  atas  tanah yang satu, yang dapat didengari orang yang memanggil mereka, mata dapat  melihat mereka, matahari hampir dengan mereka dan justeru itu,  manusia menderita kesengsaraan  dan  kedukacitaan. Mereka berkata: Tidakkah engkau melihat  apa  yang dapat menyampaikan  kamu semua? Kenapa tidak kamu mencari orang  yang boleh  memberikan syafa‘at kepadamu dari  Tuhan? Sebahagian  manusia berkata kepada yang  lain: 

Kamu perlu pergi kepada Adam, dan mereka pergi kepada Adam (‘a.s) dan  berka¬ta: Engkau  bapa sekalian manusia,  Allah menjadikanmu dengan tangan-Nya dan meniupkan ruh-Nya kepada dirimu, dan memerintahkan malaikat dan mereka bersujud kepadamu. Berikanlah syafa`at Tuhan¬mu kepada kami, tidakkah kamu melihat keadaan kami ini? Tidakkah kamu melihat apa yang menimpa kami? Adam berkata: Sesungguhnya Tuhanku marah pada hari ini tidak seperti sebelumnya, dan Dia tidak pernah marah sebelumnya seperti ini!  Dia  menegahku  dari pokok itu,  tetapi  aku  ingkar! Inilah hari sendiri-sendiri. Pergilah kepada orang lain.”

“ Pergilah kepada Nuh (katanya). Maka mereka datang kepada Nuh (‘a.s) dan berkata: Wahai Nuh, sesungguhnya   engkau rasul yang pertama kepada  penduduk  dunia. Allah menggelarkanmu hamba yang bersyukur.  Berikanlah syafa‘at Tuhanmu kepada kami. Tidakkah engkau melihat keadaan  kami?  Dia berkata: Sesungguhnya Tuhanku telah murka, tidak pernah Dia murka sebelumnya seperti itu, dan Dia tidaklah murka selepasnya seperti itu!  Aku  diberikan  keizinan berdoa dan  aku berdoa menentang kaumku. Inilah hari sendiri-sendiri. Pergilah kepada orang  lain.”

“ Pergilah kepada Ibrahim. Kemudian  mereka  menghampiri  Ibrahim  dan  berkata: Wahai Ibrahim, engkau  nabi Allah dan kekasih-Nya  dari  kalangan penduduk dunia. Berikanlah syafaat Tuhanmu kepada kami. Tidakkah engkau melihat apa yang kami cari? Ibrahim  mengatakan kepada mereka: Pada hari  ini,  Tuhanku telah murka tidak seperti sebelumnya ataupun selepas ini. Bagiku, aku  telah mengucapkan tiga perkara dusta. Inilah hari sendiri-sendiri.  Pergilah kepada orang lain.”

“ Pergilah kepada Musa.  Lalu mereka pergi kepada Musa. Mereka pergi menemui Musa dan berkata kepadanya: Wahai Musa, engkaulah rasul Allah yang Dia (Allah) melebihkanmu dengan wahyu-Nya dan berkata-kata secara langsung denganmu di hadapan manusia. Berikanlah  syafaat Tuhanmu kepada kami. Tidakkah engkau  melihat keadaan kami? Musa kemudian berkata: Pada hari ini, Tuhanku telah murka tidak seperti sebelum mahupun selepasnya. Bagiku, aku telah membunuh  manusia  hidup yang tidak diperintahkan.  Inilah  hari sendiri-sendiri.  Pergilah  kepada orang  lain.” 

“ Pergilah  kepada ‘Isa. Kemudian mereka mendekati ‘Isa dan berkata kepadanya: Wahai ‘Isa, engkaulah rasul Allah dan kalimah-Nya yang  dipindahkan kepada  Maryam dan  engkaulah ruh-Nya. Engkau  bercakap dengan manusia ketika masih bayi dalam katil. Berikanlah syafa‘at Tuhanmu kepada kami. Tidakkah engkau melihat keadaan kami ini! ‘Isa kemudian mengatakan: Pada hari ini, Tuhanku telah murka tidak  seperti sebelum mahupun selepasnya. Dia tidak akan menye-butkan  dosanya.  Kemudian dia mengatakan: Inilah  hari sendiri-sendiri.”

“ Pergilah kepada Muhammad (s.‘a.w). Mereka  kemudian  menghampiri Muhammad (s.‘a.w)  dan berkata kepadanya:  Wahai Muhammad, engkaulah rasul Allah dan  nabi  yang terakhir.  Allah telah mengampuni semua dosamu  dahulu ataupun sekarang. Berikanlah syafaat Tuhanmu kepada kami. Tidakkah engkau melihat keadaan kami. Abu  Hurairah  seterusnya menceritakan bahwa Nabi (s.‘a.w) bersabda: Aku  akan dipindahkan dan oleh karena  aku  di bawah takhta Allah, aku akan bersujud di hadapan Tuhanku di mana  Tuhan akan  memberikanku kekayaan-Nya dan layanan yang baik yang tidak diberikan  (kepada sesiapa) sebelumku. Kemudian aku  diberitahu: Wahai Muhammad, tegakkanlah kepalamu. Engkau akan diberikan  apa saja yang  engkau minta dan berilah  syafaat, syafaatmu  akan diterima. Aku menegakkan kepalaku dan berkata: Umatku, Tuhanku.  Umatku, Tuhanku. Kemudian aku diberitahu: Wahai Muhammad, benarkanlah masuk dari kalangan umatmu yang baginya tidak ada Hari Pembalasan pada hari ini, melalui pintu aiman (keselamatan) dari  pintu-pintu syurga dan mereka akan pergi bersama-sama  dengan  orang-orang lain yang masuk dari pintu-pintu yang lain.”
Kritikan

    Hadith ini mengandungi tuduhan-tuduhan secara langsung terhadap kedudukan para nabi dan rasul yang tinggi dan mulia karena berdasarkan kata-kata dan pernyataan Nabi (s.‘a.w), para nabi secara khusus mereka yang berkedudukan tertinggi menikmati kedudukan yang sangat mulia dan sekalian alam sememangnya mengetahui prestij mereka yang tinggi di kalangan manusia. Kebesaran mereka mengundang penghormatan orang ramai, dan khidmat mereka kepada kemanusiaan diakui oleh semua. Terlalu banyak sekali ayat al-Qur’an dan al-hadith yang menceritakan kebaikan dan keutamaan para nabi dan rasul tersebut meliputi kecemerlangan akal, hati dan akhlak yang tidak tercemar dalam kedua-dua persoalan, kehidupan dan pengajaran.

    Namun demikian, hadith Abu Hurairah ini telah menghapuskan semua kebaikan dan keutamaan mereka hingga ke akar umbinya sehingga ia dipenuhi kekurangan dan keterangan-keterangan yang tidak benar. Ia sama sekali berlawanan dengan keterangan Nabi (s.‘a.w) dan jauh sekali dari keterangan sunnah baginda (s.‘a.w).

    Kedudukan Nabi Adam (‘a.s) dalam keterangan di atas jauh menyimpang dengan melakukan perbuatan dosa yang mengundang kemurkaan Allah (s.w.t). Nuh (‘a.s) kelihatan membuat permohonan menentang seseorang kecuali musuh-musuh Allah dengan cara mencari keredhaan Allah. Ibrahim (‘a.s) kelihatan bercakap bohong dan dari segala bentuk pendustaan kata atau perbuatan yang pasti menyebabkan kemurkaan Allah. Moga dijauhi Allah bahwa Musa (‘a.s) membunuh seseorang yang boleh menyebabkan Allah murka terhadapnya, tetapi dia hanya membunuh seorang saja yang tidak mengandungi kemuliaan di hadapan Allah dan tidak bernilai di mata orang biasa. Pada keseluruhannya, para nabi dan rasul semuanya kelihatan berada pada posisi menyalahkan Allah (s.w.t) sehingga Dia (Allah) begitu murka terhadap mereka yang tidak pernah murka sedemikian rupa.

    Selanjutnya, bolehkah orang ramai pada Hari Akhirat berbincang sesama mereka dan bertindak karena dalam hadith ini menunjukkan mereka melakukan sesuatu karena menurut al-Qur’an pada hari itu, mereka seumpama orang yang mabuk walaupun mereka sebenarnya tidak mabuk dan setiap orang memisahkan diri dari saudara, ibu, bapa, isteri dan anak-anak mereka, karena mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Bagaimana pula orang ramai mendekati  para nabi dan rasul pada hari itu karena mereka semua akan ditempatkan di suatu tempat yang berbenteng yang tidak memungkinkan mereka dapat mendekati para nabi dan rasul.

    Tambahan lagi, persoalan besar yang boleh dikemukakan kepada Abu Hurayrah adalah apakah mereka dari umat Nabi Muhammad (s.‘a.w) atau nabi dan rasul yang lain? Sekiranya mereka dari umat Nabi (s.‘a.w) kemudian siapakah yang mengarahkan mereka mendekati nabi-nabi yang lain secara silih berganti. Sekiranya mereka dari umat nabi dan rasul yang lain, tentulah nabi yang berkenaan tidak wajar membiarkan umatnya terkapai-kapai sebagaimana yang ditunjukkan hadith ini.

0 komentar:

Posting Komentar