Google info dan internet online

19 Mei 2012

. Keraguan para nabi dan rasul, kesalahan Nabi Lut (‘a.s) dan kemuliaan Nabi Yusuf (‘a.s) mengatasi Nabi Muhammad (s.‘a.w) postheadericon

Diposting oleh cerdas alquran | Pada 18.48

Al-Bukhari  dan Muslim  telah mengambil riwayat menerusi para perawi sampai keapda Abu Hurairah bahwa Nabi (s.‘a.w) bersabda:

“ Kami lebih layak berada dalam keraguan berbanding dengan Ibrahim ketika baginda berkata: “ Ya Tuhanku! Perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan sesuatu yang mati. Allah berkata: Tidakkah engkau mempercayainya? Ibrahim berkata: Ya, tetapi ia untuk menyakinkan hatiku.” Allah memberikan rahmat ke atas Lut, dia mencari perlindungan dengan sokongan kuat, tetapi sekiranya aku tetap dalam selama mana Yusuf berada di dalamnya, tentulah aku akan binasa.”

Kritikan

    Hadith ini tidak boleh diterima sama sekali karena beberapa alasan dan hujah:

Pertama: Ia menetapkan keraguan kepada Khalil-Allah, Ibrahim (‘a.s), sedangkan Allah (‘a.z.j) berfirman dalam al-Qur’an:

“ Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun) dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya.”

“ Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat ) di langit dan di bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang-orang yang yakin.”

Keyakinan adalah berdasarkan tahap keilmuan, tidak mungkin adanya keraguan. Berhubung dengan ayat yang dirujuk oleh Abu Hurairah, ia hanya merujuk bahwa Ibrahim ingin melihat cara-cara Allah menghidupkan sesuatu yang mati tanpa mempunyai sebarang keraguan tentang kekuasaan-Nya melakukannya, yang dapat dilihat dengan ketara dari pertanyaan Allah kepadanya sekiranya dia tidak mempercayainya dan jawapannya adalah bahwa dia percaya.

Kedua: Kata-kata Abu Hurairah bahwa kami lebih layak berada dalam keraguan menetapkan bahwa keraguan kepada rasulllah (s.‘a.w) dan semua nabi yang lain dan mereka semuanya lebih patut berada dalam keraguan berbanding dengan Ibrahim. Seseorang gagal memahami bagaimana Abu Hurairah berani berkata demikian sedangkan Allah mengatakan bahwa Dia Allah memberikan Nabi (s.‘a.w) apa yang tidak diberikan kepada Ibrahim dan nabi-nabi yang lain ataupun malaikat-malaikat al-muqarrabun. Sebenarnya sifat ragu-ragu terhadap Nabi (s.‘a.w) dinafikan secara menyeluruh oleh semua ulama, karena kedua-dua aspek akal dan hadith menentang tohmahan tersebut.

Ketiga: Abu Hurairah merujuk kepada Lut yang mencari perlindungan (moga-moga dijauhi Allah) kepada yang lain dari Allah adalah tuduhan yang tidak berasas sama sekali yang tidak langsung menepati kedudukannya yang mulia sebagai nabi dan pada masa yang sama, menunjukkan sikap kurang mempercayai Allah. Tindakan Lut hanyalah satu cara memperingatkan keluarga dan umatnya sebagai cara menyeru mereka berbuat baik dan menegah mereka dari melakukan kejahatan sebagai sebagai matlamat perutusannya.

Keempat: Kata-kata dalam hadith ini yang merujuk kepada Nabi (s.‘a.w) sebagai bersabda: “ Sekiranya aku tetap dalam penjara selama mana Yusuf berada di dalamnya, aku akan binasa,” cuba mengukuhkan kelebihan Yusuf ke atas Nabi (s.‘a.w) yang berlawanan dengan apa yang dipercayai oleh seluruh umat Islam dan juga ia bercanggah dengan hadith-hadith yang sahih

0 komentar:

Posting Komentar