Google info dan internet online

19 Mei 2012

Nabi (s.‘a.w) tertidur sehingga terlepas waktu salat subuh postheadericon

Diposting oleh cerdas alquran | Pada 18.53

Al-Bukhari dan Muslim  mengambil riwayat menerusi rangkaian para perawi sampai kepada Abu Hurairah, dengan katanya seperti dicatatkan oleh Muslim:

“ Kami bersama-sama Nabi (s.‘a.w) melepasi malam dalam sebuah jamuan perkahwinan dan tidak terjaga hinggalah terbitnya matahari. Nabi (s.‘a.w) bersabda:  Setiap orang dari kamu hendaklah membawa dirinya karena tempat ini didiami syaitan. Kami melakukan demikian. Kemudian dia meminta air lalu berwudu’ kemudian bersujud sebanyak dua (2) kali dan kemudian menunaikan salat subuh.”

Kritikan

    Hadith ini dengan jelas bertentangan dengan petunjuk Nabi (s.‘a.w) karena Allah berfirman:

“ Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang di malam hari kecuali sedikit (darinya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” 

Ini karena Nabi (s. ‘a.w) biasanya menunaikan salat sepanjang malam sehingga kakinya bengkak. Lalu Allah mewahyukan ayat ini kepadanya:

“  Taha, Kami tidak menurunkan al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).”

    Inilah kedudukan Nabi (s.‘a.w) berkaitan dengan salat sunat (malam). Bayangkanlah salat fardhu yang lima dan ia pula merupakan salah satu rukun Islam.

    Seterusnya Abu Hurairah sendiri  meriwayatkan sebuah hadith dari Nabi (s.‘a.w) yang dikatakan bersabda: Apabila seseorang darimu tertidur, syaitan membuat tiga (3) simpulan rambut (qafiyah al-ra’s). Sekiranya  dia bangun dan mengingati Allah, simpulan pertama akan terungkai. Sekiranya dia berwudu’, simpulan kedua akan terungkai dan sekiranya dia menunaikan salat, simpulan ketiga pula akan terurai. Kemudian dia akan menghadapi pagi dengan hati yang penuh kegembiraan dan ketenangan, jika sebaliknya dia akan merasa dirinya kotor dan malas.” Sebuah hadith yang lain pula menyebutkan sabda Nabi (s.‘a.w): Tiadalah salat yang lebih berat ke atas orang munafiq daripada salat fajr (subuh) dan ‘isya’. Kalau mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, mereka akan mendatanginya walaupun terpaksa merangkak. 

    Tidak perlulah diulas dengan panjang lebar, adakah Rasulullah yang menyeru orang ramai kepada salat mengutamakan salat subuh, mengancam orang yang tidak keluar bersalat subuh dengan ancaman membakar, membiarkan dirinya tertidur sehingga matahari terbit dan tertinggal salat.

    Terdapat beberapa kepalsuan hadith ini:

Pertama: Dijelaskan dalam berbagai-bagai kitab Sahih bahwa semasa tidur hanya mata Nabi saja yang tidur tetapi hatinya tidak.  Bagaimana mungkin Nabi tertinggal salat subuh disebabkan tertidur?

Kedua: Berdasarkan catatan Muslim,  kejadian dalam hadith ini berlaku ketika Nabi (s.‘a.w) dalam perjalanan balik dari Perang Khaybar. Ketika Abu Hurairah datang menemui Nabi untuk memeluk Islam di Madinah selepas kembali dari Khaybar. Dengan demikian, Abu Hurairah tidak boleh mendakwa hadir pada masa peristiwa itu berlaku.

Ketiga: Dalam hadith ini, Nabi (s.‘a.w) ditunjukkan sebagai berkata bahwa setiap orang hendaklah bergerak dengan binatang tunggangannya karena syaitan telah mendiami tempat itu, tetapi telah diperlihatkan dengan cukup jelas dan terang bahwa syaitan tidak boleh mendekati Nabi (s.‘a.w) sama sekali. Abu Hurairah juga berkata: Lalu kami melakukannya. Tetapi kita tahu bahwa pada hari-hari itu, Abu Hurairah bekerja untuk menyara hidup sekadar cukup makan. Mana mungkin dia mempunyai binatang tunggangan?

Keempat: Abu Hurairah kemudian berkata Nabi (s.‘a.w) meminta air, berwudu’ dan bersujud sebanyak dua (2) kali dan kemudian bersalat subuh. Terbukti salat ini sebagai ganti salat yang tertinggal. Dalam kejadian ini, tujuan melakukan dua (2) kali sujud adalah tidak jelas, karena tiada tempat baginya sama sekali. Al-Nawawi tidak menyebutkannya dalam tafsirannya (syarh).

Kelima: Sudah menjadi kebiasaan bagi para pemimpin tentera dan panglima, apabila tentera dibenarkan tidur, terdapat beberapa orag pengawal yang tetap berjaga untuk memerhatikan dan mengawasi sebarang serangan tentera. Pastinya, Nabi (s.‘a.w) yang dikelilingi musuh-musuh termasuk orang-orang munafiq dalam kumpulan bersama-samanya, tidak akan membiarkan perkara itu begitu saja supaya dapat mengelakkan dirinya dan orang-orangnya terdedah kepada serangan atau komplot orang munafiq dalam tenteranya. Mustahil para pengawal turut tertidur. Nabi (s.‘a.w) sebenarnya telah memberikan amaran bahwa banyak pendustaan dan pembohongan akan dilakukan terhadapnya.

Keenam: Dalam kejadian ini, tentera yang dipimpin Nabi (s.‘a.w) terdiri dari 600 orang lelaki dengan 200 ekor kuda. Sukar untuk difahami semuanya tertidur sehingga tiada seorang pun terjaga pada masa salat subuh sedangkan sudah tentu terdengar bunyi kuda merengek dan bunyi gerakan mereka, khususnya pada waktu pagi apabila mereka mulai membuat bising untuk makan rumput kering. Terbukti, seluruh cerita itu tidak lain hanyalah khayalan Abu Hurairah semata-mata

0 komentar:

Posting Komentar