19 Mei 2012
Browse » Home »
abu hurairah
» Gangguan syaitan kepada Nabi (s.‘a.w) semasa mendirikan salat
Gangguan syaitan kepada Nabi (s.‘a.w) semasa mendirikan salat
Diposting oleh
cerdas alquran | Pada 18.52
Al-Bukhari dan Muslim menerusi para perawi yang berakhir dengan Abu Hurairah yang berkata:
“ Nabi (s.‘a.w) sedang bersalat, kemudian baginda berkata: Syaitan mendekatiku dan cuba sedaya upayanya untuk mengganggu salatku, tetapi Allah membenarkan mencekiknya dan aku berjaya merantainya agar kamu dapat menyebut kata-kata Sulaiman: “ Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku kekuasaan yang tiada seorang pun selepasku memilikinya.”
Kritikan
Dalam hadith ini, dinyatakan bahwa para nabi Allah sebagai manusia pilihan Allah wajib terpelihara dari perkara-perkara seperti itu karena keadaan tersebut berlawanan sama sekali dengan ‘ismah dan mencemarkan kedudukan mereka. Allah memelihara dan menghindarkan syaitan mendekati atau menggoda mereka. Allah dengan jelas memberikan amaran kepada syaitan dalam al-Qur’an:
“ Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Di pihak yang lain, umat Islam sendiri mengetahui walaupun terdapat perbezaan dalam kepercayaan mereka bahwa syaitan tidak gembira pada saat kelahiran Nabi (s.‘a.w) dan bimbang perutusannya sebagai Nabi tetapi merasa gembira dengan penghijrahannya dan sekali lagi merasa gelisah dengan kemunculan dan kejayaannya, hukum-hakam, peraturannya dan sebagainya. Dia tentu akan melarikan diri ketika Nabi bersalat seperti cahaya kilat dan menjauhkan diri dari apa yang diserukan Allah kepadanya tentang hukum-hakam dan rahsia, dan Allah menjelaskan:
“ Sesungguhnya salat menegah dari perkara-perkara yang keji dan mungkar.”
Sudah diketahui umum bahwa apabila Nabi (s.‘a.w) berdiri untuk bersalat, dia akan menumpukan perhatian sepenuhnya dengan mengenepikan segala sesuatu selain dari Allah dengan bantuan kekuatan ruhaninya dan memberikan tumpuan sepenuhnya kepada Allah semata-mata sebagai hamba-Nya yang mukhlis. Ketika baginda mengucapkan takbir pertama salat, baginda meminta perlindungan dari Allah sebelum memulakan bacaannya berdasarkan perintah Allah:
“ apabila kamu membaca al-Qur’an, mohonlah perlindungan Allah dari syaitan yang direjam.”
Jelas ternyata bahwa apabila Nabi (s.‘a.w) memohon perlindungan Allah, Allah akan menjadi pelindungnya. Syaitan sendiri mengetahui hakikat ini walaupun hanya orang-orang yang jahil saja yang tidak mengetahuinya. Pasti hadith Abu Hurairah ini bertentangan sama sekali dengan kedudukan Nabi (s.‘a.w) yang mulia dan karena itu, kebenarannya tidak dapat diterima sama sekali.
Di sini persoalan boleh dikemukakan kepada ahli-ahli hadith, al-Bukhari dan Muslim dan lain-lain yaitu sama ada syaitan mempunyai ciri-ciri fizikal untuk dirantai sehingga ke pagi untuk membolehkan orang ramai melihatnya dengan mata kasar mereka dalam keadaan tersebut. Terbukti tiada seorang pun akan berkata bahwa syaitan mempunyai jisim untuk membolehkan tindakan itu dilakukan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar