19 Mei 2012
Browse » Home »
abu hurairah
» Abu Hurairah semasa zaman pemerintahan Mu‘awiyah
Abu Hurairah semasa zaman pemerintahan Mu‘awiyah
Diposting oleh
cerdas alquran | Pada 18.36
Zaman pemerintahan Mu‘awiyah terbukti memberikan banyak peluang kepada Abu Hurairah karena kebanyakan hasratnya dapat dipenuhi. Dia mulai menyampaikan bermacam-macam hadith untuk menyokong dan menyatakan kelebihan Mu‘awiyah walaupun (hadith itu) aneh dan melucukan.
Lantaran itu, zaman ini dikenali sebagai zaman penciptaan hadith-hadith palsu bertujuan untuk merendah-rendahkan Bani Hasyim. Begitu juga, pelbagai bentuk kebatilan ditujukan kepada Nabi (s.‘a.w) dan orang ramai mereka-rekakan hadith karena mereka diminta berbuat demikian, manakala Abu Hurairah merupakan tokoh pemalsu hadith yang paling terkenal di kalangan mereka.
Di sini, dikemukakan beberapa contoh hadith palsu:
(1) Abu Hurairah meriwayatkan:
“ Aku mendengar Rasulullah (s.‘a.w) bersabda: “ Allah mempercayai 3 orang berhubung dengan wahyu-Nya, yaitu aku, malaikat Jibril dan Mu‘awiyah.”
(2) Abu Hurairah meriwayatkan:
“ Rasulullah (s.‘a.w) menga¬nugerahkan anak panah kepada Mu‘awiyah sambil bersabda: Ambillah anak panah ini hinggalah engkau bertemu denganku di syurga.”
(3) Abu al-‘Abbas al-Walid bin Ahmad al-Zuzani telah mencer¬itakan dari Abu Hurairah, dalam kitabnya Syajarat al-‘aql, bahwa dia meriwayatkan: Aku mendengar Rasulullah (s.‘a.w) bersabda:
“ Sesungguhnya, bagi Abu Bakr sebuah kubah dari mutiara putih dengan empat pintu. Ia dilindungi dengan rahmat Allah, bahagian luarnya adalah keampunan Allah manakala bahagian dalamnya kered¬haan Allah, setiap kali dia merindui Allah, dibukakan pintu baginya dan dapatlah dia melihat Allah ‘azza wa jalla.”
(4) Ibn Hibban telah menceritakan dari Abu Hurairah menerusi rangkaian perawi, bahwa dia meriwayatkan:
“ Pada ketika malaikat Jibril berada di sisi Rasulullah (s.‘a.w), kebetulan Abu Bakr melintas, lalu Jibril berkata: “ Inilah Abu Bakr al-Siddiq.” Rasulullah (s.‘a.w) bertanya: “ Adakah kamu mengenalinya, Jibril?” Lalu dijawab: “ Ya, sesungguhnya dia (Abu Bakr) lebih masyhur di langit daripada di bumi. Para malaikat menamakannya Halim Quraisy (bermaksud orang Quraisy yang paling penyantun). Sesung¬guhnya dia adalah wazir (menteri) semasa hidupmu dan dia adalah khalifahmu selepas kewafatanmu.”
(5) Ibn Hibban menceritakan dari Abu Hurairah menerusi serangkaian perawi bahwa dia meriwayatkan:
“ Apabila Rasulullah (s.‘a.w) sampai ke gua dalam perjalanan baginda ke Madinah, Abu Bakr memegang tempat letak kekang kuda. Rasulullah kemudian bersabda: “ Patutkah aku memberikan khabar gembira kepadamu, wahai Abu Bakr? Sesungguhnya Allah ta‘ala menjelma kepada makh¬luk-makhluk-Nya pada hari Qiyamat secara umum dan menjelma kepa¬damu secara khusus !”
(6) Al-Khatib menceritakan dari Abu Hurairah menerusi serangkaian perawi bahwa dia berkata: Rasulullah (s.‘a.w) bersabda:
" Pada suatu hari apabila Abu Bakr dilahirkan, para malaikat merasa sungguh gembira dan Allah melihat ke arah syurga `Adn dan berfirman: Demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak akan masuk ke syurga ini kecuali orang yang mencintai anak yang baru lahir ini."
(7) Ibn ‘Adi menceritakan dari Abu Hurairah menerusi serangkaian perawi bahwa dia meriwayatkan:
Aku mendengar Rasulullah (s.‘a.w) bersabda: “ Ketika aku diangkatkan ke langit, maka setiap kali aku merentasi langit aku temui tulisan tercatat: Muhammad Rasulullah dan Abu Bakr al-Siddiq.”
(8) Abu al-Farj ibn al-Jawzi telah menceritakan dari para perawi yang sampai kepada Abu Hurairah yang meriwayatkan bahwa:
“ Rasu¬lullah (s.‘a.w) menceritakan kepadamu bahwa syurga dan neraka saling berbangga-bangga antara mereka, maka kata neraka kepada syurga, aku lebih berkuasa daripadamu, maka Allah menyampaikan wahyu kepada syurga supaya berkata: “ Kelebihanku adalah karena Allah menghiasiku karena Abu Bakr.”
(9) Al-Khatib menceritakan menerusi para perawi yang sampai kepada Abu Hurairah yang meriwayatkan bahwa:
Rasulullah (s.‘a.w) keluar sambil memegang ‘Ali bin Abi Talib (‘a.s), ketika Abu Bakr dan ‘Umar maju ke hadapan untuk menyambutnya, Nabi (s.‘a.w) bersabda: “ Wahai ‘Ali, adakah engkau mencintai kedua-dua orang tua (syaikh) ini? Katanya: “ Ya.” Rasulullah (s.‘a.w) bersabda: “ Cintailah kedua-duanya dan kamu akan dapat masuk syurga.”
(10) Sekali lagi, al-Khatib menceritakan dalam kitabnya, Tarikh Baghdad dan Ibn Syahin dalam Sunannya, menerusi dua cara sampai kepada Abu Hurairah yang meriwayatkan bahwa:
Aku mendengar Rasulullah (s.‘a.w) bersabda: “ Sesungguhnya di langit dunia ini terdapat 80 ribu malaikat memohon ampunan kepada sesiapa yang mencintai Abu Bakr dan ‘Umar, dan di langit kedua, 80 ribu malaikat pula melaknati sesiapa yang membenci Abu Bakr dan ‘Umar.”
(11) Al-Khatib menceritakan menerusi para perawi sampai kepada Abu Hurairah, dia meriwayatkan bahwa:
Aku mendengar Rasulullah (s.‘a.w) bersabda: “ Sesungguhnya bagi Allah di langit itu 70 ribu malaikat melaknati orang-orang yang mencela Abu Bakr dan ‘Umar.”
Semua hadith itu ditolak oleh tokoh-tokoh tersebut yang mencatatkannya dalam kitab-kitab mereka seperti dinyatakan di atas. Selanjutnya al-‘Allamah Jalal al-Din al-Suyuti telah memasukkan semua hadith ini dalam kelompok hadith-hadith palsu dengan menyebutkannya menerusi nama-nama perawinya dan memetik teks (matan) sepenuhnya dalam kitabnya, La‘aliyat al-Masnu‘ah, tetapi tokoh-tokoh tadi tidak menemui sebarang kesalahan Abu Hurairah dalam perkara ini, hanya mencela orang yang menceritakan darinya tanpa menghormati orang-orang yang telah menemui Rasulullah (s.‘a.w) dan orang-orang Islam yang telah meriwayatkan hadith-hadithdarinya.
Demikian juga mereka telah lakukan terhadap hadith-hadith palsu Abu Hurairah. Sebenarnya mereka tidak mampu menyesuaikan keadaan hadith-hadith itu, dengan sebahagian kecilnya dinyatakan di bawah: Contoh riwayatnya, aku mendengar Rasulullah (s.‘a.w) bersabda:
“ Ini Jibril menyampaikan kepadaku dari Allah, bahwa tidak mencintai Abu Bakr dan ‘Umar melainkan orang mu’min yang bertaqwa dan tidak membenci kedua-duanya melainkan munafiq terkutuk.”
Hadith ini termasuk dalam hadith-hadith palsu yang ditolak oleh kesemua ahli ilmu dan tokoh hadith terkemuka, al-Dhahabi telah menyebutkan dalam kitabnya, Mizan al-I‘tidal menerusi Ibrahim bin Malik al-Ansari dan menyatakan bahwa ia adalah batil (sesat). Dengan cara inilah, sesiapa menghadapi kebenaran dengan kebatilan akan rugi. Dia mengatakan:
Rasulullah (s.‘a.w) bersabda: “ Allah menciptakanku dari Nur-Nya dan menciptakan Abu Bakr dari Nur-Ku, dan menciptakan ‘Umar dari Nur Abu Bakr, seterusnya menciptakan umatku (seluruh umat Islam) dari Nur ‘Umar, sedangkan ‘Umar ialah lampu (siraj) Ahli syurga.”
Hadith ini juga ditolak sama sekali seperti hadith sebelumnya. Al-Dhahabi telah menyebutkannya mengenai Ahmad al-Samarqandi dalam Mizan al-I‘tidal. Kalau diteliti ternyata ia sememangnya batil dan bercanggah dengan al-Qur’an. Bagi orang-orang yang menghadapi kebenaran dengan kebatilan sudah pasti akan kecewa. Katanya:
Aku mendengar Rasulullah (s.‘a.w) bersabda: “ Abu Bakr dan ‘Umar merupakan orang-orang yang paling baik daripada golongan terdahulu (al-Awwalin) dan terkemudian (al-Akhirin).”
Hadith tersebut juga ditolak sama seperti dua buah hadith sebe-lumnya. Al-Dhahabi telah menyebutkannya dalam Mizan al-I‘tidal mengenai Jirun bin Waqid al-Afriqi dan menganggapnya sebagai batil. Abu Hurairah meriwayatkan:
Rasulullah (s.‘a.w) bersabda: “ Para sahabatku seperti bintang-bintang, sesiapa yang mengikuti mana-mana di antara mereka akan mendapat hidayat (petunjuk).”
Al-Dhahabi telah mencatatkan hadith tersebut mengenai Ja‘far bin ‘Abd al-Walid al-Qadi dalam kitabnya Mizan al-I‘tidal dan membuktikan bahwa hadith tersebut adalah salah sebuah hadith ciptaan dan rekaan Abu Hurairah.
Riwayat Abu Hurairah turut menyebutkan Rasulullah (s.‘a.w) sebagai ber¬sabda:
“ Telah diturunkan dalam kitab al-Injil tentang sifatku dan sifat para sahabatku yaitu Abu Bakr, ‘Umar, ‘Uthman dan ‘Ali seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min).”
(Perkataan-perkataan yang diitalikkan adalah ayat al-Qur’an, surah al-Fath (48): 29.) Kedua-dua buah kitab, Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim mengandungi sejumlah hadith yang dihubungkan oleh Abu Hurairah dengan cara seperti ini dan diceritakan pula seperti itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar