Google info dan internet online

19 Mei 2012

Abu Hurairah di sepanjang kehidupan Nabi (s.‘a.w) postheadericon

Diposting oleh cerdas alquran | Pada 18.31

Selepas memeluk Islam, Abu Hurairah membawa dirinya  tinggal bersama-sama dengan orang-orang miskin di Suffah, yang bersumber¬kan  catatan  Abu al-Fida’ dalam buku  sejarahnya, al-Mukhtasar terdiri dari orang-orang faqir yang tidak mempunyai  kediaman dan perlindungan, dan tidur di serambi masjid Nabi (s.‘a.w). Oleh  karena  mereka menghabiskan masa di  serambi  masjid, akhirnya mereka dikenali sebagai Ahl al-Suffah (penghuni  serambi masjid). Apabila Nabi (s.‘a.w) makan malam, baginda akan  menga¬jak sekumpulan dari mereka makan bersama-samanya dan  meminta para  sahabat yang lain membenarkan kumpulan-kumpulan  lain pula berkongsi  makanan dengan mereka. Abu Hurairah merupakan  seorang yang dikenali  umum di antara mereka, dan tetap berada  di  situ sehingga akhir hayat Nabi (s.‘a.w).
Berdasarkan  hadith yang dicatatkan dalam Sahih  al-Bukhari, Abu  Hurairah  sendiri telah menceritakan,  biasanya  dia  berada bersama-sama Nabi (s.‘a.w) bertujuan untuk mendapatkan  makanan. Terdapat  beberapa kenyataan oleh Abu Hurairah dalam  kitab-kitab hadith menunjukkan kemiskinan yang begitu berat memaksanya  hidup dengan  apa saja yang diperolehinya sebagai salah  seorang  Ahl al-Suffah, dan dengan  cara itu dia menerima kebajikan  dan  sedekah yang diberikan oleh orang ramai.
Ja‘far bin Abi Talib merupakan orang yang paling murah  hati bersedekah  kepada orang-orang miskin. Oleh karena  Abu  Hurairah mendapat  banyak kelebihan dari sifat murah hati Ja‘far,  dia menganggap  Ja‘far sebagai orang yang terbaik daripada yang  lain selain Nabi (s.‘a.w).  Hal  ini  diceritakan  bahwa  Ja‘far  bin  Abi  Talib  suka membantu orang-orang miskin, duduk bersama-sama dan  berbual-bual dengan  mereka hinggakan Nabi (s.‘a.w) menggelarkannya ‘Abd  al-Masakin (hamba orang-orang miskin). Abu  Hurairah tetap berada di Suffah, siang dan malam,  dan tidak  pernah  pergi ke tempat-tempat lain  karena  bimbang  akan kelaparan. 
Itulah   sebabnya  dia  tidak  disebutkan   dalam mana-mana peperangan, atau bahkan juga dalam sebarang peristiwa perdamaian, kecuali ada disebutkan bahwa dia melarikan diri dari sariy¬yah (ekspedisi) Mu‘tah, dan dalam peperangan tersebut, pelindung¬nya  yang  utama  yaitu Ja‘far bin Abi Talib  telah  mati  syahid selepas kedua-dua tangannya cedera parah.

0 komentar:

Posting Komentar