19 Mei 2012
Browse » Home »
abu hurairah
» Sekilas pandang tentang kebaikan Abu Hurairah
Sekilas pandang tentang kebaikan Abu Hurairah
Diposting oleh
cerdas alquran | Pada 19.22
Kami telah meneliti semua kitab hadith yang mu‘tabar untuk mencari kemuliaan Abu Hurairah sekiranya ada diriwayatkan oleh Nabi (s.‘a.w), tetapi malangnya kami tidak menemui sesuatu kecuali Abu Hurairah sendiri sebagaimana dapat dilihat dengan jelas dari contoh berikut.
Pengarang kitab al-Isti‘ab mengatakan sesuatu mengenainya: Abu Hurairah menganuti Islam pada tahun berlakunya Perang Khaybar, mengambil bahagian dalam perang itu bersama-sama Nabi (s.‘a.w) dan kemudian merapatkan diri selamanya dengan Rasulullah (s.‘a.w) bukannya karena cintakan ilmu, sekadar berpuashati hanya untuk mengisi perutnya. Justeru, tangannya biasanya berada pada tangan Rasulullah (s.‘a.w) dan dia biasanya pergi bersama baginda ke mana saja baginda pergi. Dia merupakan orang yang paling kuat ingatan di kalangan semua sahabat Nabi (s.‘a.w). Dia hadir mendengar Nabi (s.‘a.w) karena tiada orang lain di kalangan semua Muhajirin dan Ansar hadir, karena golongan Muhajirin sibuk dalam mengejar perniagaan sedangkan golongan Ansar pula melibatkan diri dalam perniagaan harian. Nabi (s.‘a.w) sendiri menyaksikan bahwa dia mengingini ilmu dan hadith seperti dikatakannya kepada baginda: “Wahai Rasulullah (s.‘a.w) Aku telah mendengar banyak hadith darimu dan aku bimbang mungkin aku lupa.” Nabi (s.‘a.w) berkata kepadanya: “ Bentangkanlah pakaianmu.” Aku lalu membentangkannya dan Nabi (s.‘a.w) menggerakkan tangan baginda ke atasnya dan kemudian berkata: “ Gulungkanlah ia.” Selepas itu, aku tidak lupa segala sesuatu.
Kelebihan-kelebihan ini dan yang lain-lain sepertinya merupakan kandungan (teks) hadith-hadith yang Abu Hurairah sendiri ceritakan dan kita tidak pula dapat mencari mana-mana autoriti untuknya kecuali dirinya sendiri. Perkara yang sama juga membabitkan semua aspek yang diceritakan darinya sebagaimana kebanyakan ulama sudah pun sedia maklum.
Marilah kita menganalisis kenyataan tersebut. Oleh karena Abu Hurairah menganuti Islam dalam tahun berlakunya Perang Khaybar, ia dibuktikan menerusi riwayat-riwayat selain dari dirinya sendiri, namun begitu sama ada Abu Hurairah mengambil bahagian dalam peperangan tersebut bersama-sama dengan Rasulullah (s.‘a.w) , kami tidak pula temuinya diriwayatkan oleh mana-mana orang yang lain selain dari Abu Hurairah saja, dan para cendikiawan dan ilmuan yang telah menjelaskan dakwaannya yang mengakui kehadirannya dalam peperangan itu dengan cara yang berbeza-beza.
Dalam persoalan dia mendekatkan diri kepada Nabi (s.‘a.w) dan terus berada di situ bukannya karena cintakan pengetahuan dan merasa puas dengan hanya mengisi perutnya dan tangannya dalam genggaman tangan Nabi (s.‘a.w), oleh yang demikian dia akan pergi ke mana saja Nabi (s.‘a.w) pergi, inilah perkara yang Abu Hurairah dakwakan tetapi pemberatan untuk membuktikan kesahihannya tergantung kepadanya. Dalam hubungan ini, dia berkata: “ Aku datang ke Madinah sementara Nabi (s.‘a.w) pula di Khaybar, dan pada masa itu aku berusia lebih 30 tahun. Justeru aku tinggal dengannya sehingga baginda wafat. Biasanya aku bergilir-gilir dengannya dalam rumah isteri-isterinya. Aku bekerja sebagai orang suruhannya, aku berperang dalam peperangan bersama dengannya dan melakukan haji dengannya. Aku mengatasi semua manusia dalam ilmu mengenai hadith-hadithnya. Demi Allah, terdapat orang yang bersama dengannya lebih awal berbanding denganku, tetapi setelah mengetahui keakrabanku dengannya biasanya mereka menanyakanku tentang hadith-hadithnya. Mereka termasuklah ‘Umar, ‘Uthman, ‘Ali (‘a.s), Talhah, Zubair …… “ dan lain-lain.
Sikap Abu Hurairah yang tidak sedikit pun merasa malu meriwayatkan hadith seperti itu benar-benar memeranjatkan, karena ia jelas sekali berlawanan dengan kenyataan dan jauh sekali dari kebenaran, tetapi bagi mereka yang benar-benar mengetahui fakta tersebut akan mengetahui bahwa dia tidak meriwayatkan hadith itu pada zaman para sahabat terdahulu, ulama dan anggota-anggota masyarakat yang penting. Hanya selepas kematian hampir semua sahabat itu dan penaklukan bumi yang lain seperti Syria, ‘Iraq, Mesir, Afrika dan Iran ketika sebilangan besar sahabat berkurangan sementara bilangan orang muslim di kawasan yang dikuasai bertambah dan mereka tidak pernah mengetahui sesuatu pada zaman Nabi (s.‘a.w), lalu Abu Hurairah memberanikan diri dengan mulai meriwayatkan hadith. Cara ini sebenarnya merupakan masa ketika kebanyakan pendusta mendapati diri mereka berada bersama di alam yang baru di mana hanya beberapa orang saja mengetahui kedudukan pada zaman awal Islam. Mereka mendapati orang ramai di persekitaran yang baru hanya bersetuju saja dengan mereka dan menerima sebagai suatu ibadat apa saja yang mereka dengar dari mereka. Ini adalah karena pada pandangan kumpulan baru ini, para pendusta tersebut mewakili kumpulan terakhir dari kalangan sahabat besar Nabi (s.‘a.w) yang dikatakan pemelihara segala perbuatan dan pemegang amanah perutusan baginda (s.‘a.w) yang baik, yang karena itu bertanggungjawab kepada penyebarannya. Pada masa yang sama, pemerintahan Bani Umaiyyah mengabadikan segala usaha untuk menyokong mereka dan dalam keadaan inilah ia menggalakkan mereka untuk menceritakan segala bentuk hadith yang salah dan tidak dapat dibuktikan, walaupun hadith itu mungkin bercanggah dengan hukum-hakam Islam atau tidak dapat diterima akal, ataupun penuh dengan kekejian atau pendustaan, karena ia bersesuaian dengan tujuan dan perintah dalam polisi mereka yang zalim karena mereka menjadikan agama Allah sebagai dalih atau helah, menganggap semua makhluk Allah sebagai pengikut setia mereka manakala harta Allah sebagai hak milik mereka. Dengan cara ini, kumpulan pendusta ini memberikan khidmat sebagai alat pemerintah jahat dan zalim ini. Di pihak mereka pula, para pemerintah tersebut menaungi dan dan membantu mereka dengan menggunakan pelbagai cara menerusi kekuasaan mereka yang zalim itu secara berleluasa. Ini karena para pendusta tersebut terbukti menjadi anggota yang berkhidmat kepada mereka, yaitu sebagai lidah kepada tuntutan mereka dan mata kepada semua perancangan mereka yang dapat dilihat. Jelaslah bahwa orang-orang seperti inilah yang dikatakan oleh al-Qur’an sebagai:
“ Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: “ Ini dari Allah.”
Demi Allah, seseorang yang memberikan perhatian secara serius akan merasa hairan tokoh-tokoh hadith yang terkemuka seperti al-Bukhari, Muslim, Ahmad ibn Hanbal dan lain-lain dalam kelompok yang sama, yang menggunakan akal fikiran untuk mengkaji tetapi kemudian tunduk akur seperti orang-orang yang bisu dan bebal berhadapan dengan apa yang Abu Hurairah dan lain-lain yang seumpama mereka inginkan. Terlalu banyak persoalan menjelma dalam benak fikiran di sini. Contohnya, adakah mereka mempunyai keberanian untuk mengetahui bila ‘Ali (‘a.s), ‘Umar, ‘Uthman, Talhah, Zubair dan lain-lain dari kalangan tokoh-tokoh terdahulu pernah bertanya sesuatu kepadanya? Adakah persoalan yang mereka tanyakannya pada masa jaga, tidur atau dalam keadaan khayal? Apakah pula hadith yang mereka tanyakan? Siapakah lagi selain dari Abu Hurairah telah meriwayatkan perkara tersebut mengenai mereka? Pengarang kitab terkemuka manakah telah menyebutkan nama salah seorang dari mereka yang meriwayatkan dari Abu Hurairah walaupun sebuah hadith sekalipun? Bilakah pula mereka bergantung kepada riwayatnya?
Kenyataannya adalah bahwa kami tidak pernah mendapatinya meriwayatkan (hadith) semasa mereka masih ada, atau dia berani menyampaikan riwayat di hadapan mereka. Di satu pihak lagi, mereka biasanya merendah-rendahkan kedudukannya dan seringkali pula mendustakannya sebagaimana yang telah dibicarakan dengan panjang lebar dalam halaman-halaman terdahulu.
Marilah kita terus menganalisis petikan dari kitab al-Isti‘ab. Berkenaan dengan kenyataannya bahwa Abu Hurairah merupakan tokoh yang paling kuat hafalan di kalangan semua sahabat Nabi (s.‘a.w), ia hanya diambil dari hadithnya yang terdahulu: “ Aku merupakan orang yang paling mengetahui hadith dari sekalian orang.” Berhubung mengenai keterangan, “ dia hadir mendengar Nabi (s.‘a.w) karena tiada seorang pun dari kalangan golongan Muhajirin dan Ansar menghadirkan diri…” ia diambil dari riwayat yang dia kemukakan mengenai pembentangan kainnya dan persoalan tersebut telahpun dibincangkan dengan panjang lebar untuk menunjukkan kepalsuannya.
Berkenaan dengan kenyataannya bahwa Nabi (s.‘a.w) sendiri menyaksikan bahwa dia suka akan ilmu dan hadith adalah diambil dari keterangan Abu Hurairah sendiri: Aku kata, Wahai Rasulullah (s.‘a.w), siapakah orang yang bernasib baik diberikan syafa‘atmu? Baginda membalas: “ Ketika aku memperhatikan keinginanmu kepada hadith, aku fikir tidak ada orang lain kecuali engkau berada dalam kedudukan yang baik untuk menanyakan soalan ini.” Ia telah diceritakan oleh al-Bukhari dalam kitab Sahihnya menerusi al-Maqbari dari Abu Hurairah. Ibn Hajar turut memasukkannya ke dalam kitabnya, al-Isabah merujuk kepada Abu Hurairah. Turut sama diceritakan dalam kitab yang sama bahwa Abu Hurairah biasanya berkata: “ Aku tetap berada bersama Nabi (s.‘a.w) selama 3 tahun ketika tiada seorang pun kecuali aku yang amat suka akan hadith-hadith dari baginda.”
Sebagaimana yang telah diperlihatkan dalam halaman-halaman terdahulu, keistimewaan-keistimewaan yang didakwanya itu termasuklah seperti berikut:
• Bekas bekal (Mizwad) yang darinya seramai lebih dari 200 orang dapat makan.
• Hambanya yang dibebaskan atas nama Allah.
• Dua buah bekas ilmunya, salah satunya dia bukakan manakala yang kedua dia tidak bukakannya.
• Doa Nabi (s.‘a.w) untuknya dan untuk ibunya.
• Dia berjalan di atas air sehingga melintasi seluruh teluk tanpa dibasahi air walaupun sebelah kaki.
Dilihat dari analisis setiap keistimewaan tersebut yang dikemukakan dalam halaman-halaman sebelumnya, seseorang sudah tentu akan ketawa dan menangis pada masa yang sama. Dalam keadaan yang amat menyedihkan ini kita hanya dapat mengucapkan ayat al-Qur’an berikut:
“ Inna li-Llah wa inna ilaihi raji‘un (Dari Allah kita datang kepada Allah pula kita kembali).”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

0 komentar:
Posting Komentar